Pengolahan Biji Kakao Produksi Perkebunan Rakyat untuk Meningkatkan Pendapatan Petani [Processing of Smallholder Plantations Cocoa Production to Increase Farmers Income]
Abstract
The cocoa commodity is one of the plantation commodities in Indonesia which has an important role for the national economy to increase the country’s foreign exchange. However, the quality of Indonesian cocoa, especially the production of smallholder cocoa beans, is still low. The results showed that smallholder plantations farmers in South Sulawesi Province did not pay attention to the quality of cocoa beans because usually farmers sell cocoa beans that have not been fermented. If farmers of smallholder cocoa plantations process cocoa beans with fermentation technology will get better quality and economic value because the price of fermented cocoa beans is higher than the price of unfermented cocoa beans with a price difference of around Rp3,000/kg - Rp5,000/kg. In addition to improving quality to obtain better economic value, the results of the study also show that animal feed from fermented cocoa beans is also better than non-fermented cocoa beans. The purpose of this study is to review and formulate policy recommendations to improve the quality of cocoa beans produced by smallholders to increase farmer income. Therefore, technical guidance on the management of cocoa beans from the local government to smallholder plantation farmers is very important so that the quality of farmer cocoa beans can be improved. Furthermore, in the future the cocoa development program in the future must be directed towards efforts to realize high-quality cocoa bean products, so as to obtain better economic value especially for farmers as suppliers of cocoa beans. This study uses a qualitative method with a descriptive approach. The research sample was taken through purposive sampling technique. Data analysis was carried out with a qualitative exploratory approach with a research framework for post-harvest cocoa bean processing so that it could explain and answer problems in the study.
Keywords: processing, quality, cocoa, income, farmers, technology
Abstrak
Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan di Indonesia yang memiliki peranan penting bagi perekonomian nasional untuk peningkatan devisa negara. Namun demikian, mutu kakao Indonesia khususnya produksi biji kakao perkebunan rakyat masih rendah. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji dan merumuskan saran kebijakan guna meningkatkan mutu biji kakao produksi perkebunan rakyat untuk meningkatkan pendapatan petani. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengambilan sampel penelitian dilakukan melalui teknik purposive sampling dan analisis data dilakukan dengan pendekatan kualitatif eksploratif dengan kerangka penelitian pengolahan biji kakao pascapanen sehingga dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan dalam penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para petani perkebunan rakyat di Provinsi Sulawesi Selatan belum memerhatikan mutu biji kakao karena pada umumnya petani menjual biji kakao hasil pertaniannya yang belum difermentasi. Jika petani perkebunan kakao rakyat mengolah biji kakao dengan teknologi fermentasi akan mendapatkan mutu dan nilai ekonomi yang lebih baik karena harga biji kakao fermentasi lebih tinggi dari harga biji kakao yang tidak difermentasi dengan selisih harga sekitar Rp3.000/kg – Rp5.000/kg. Selain peningkatan mutu untuk memperoleh nilai ekonomi yang lebih baik, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pakan ternak dari limbah biji kakao yang difermentasi juga lebih baik dibandingkan dengan biji kakao yang tidak fermentasi. Oleh karena itu, bimbingan teknis pengelolaan biji kakao dari pemerintah daerah kepada petani perkebunan rakyat sangat penting agar mutu biji kakao petani dapat ditingkatkan. Selanjutnya, secara berkelanjutan program pengembangan kakao di masa depan harus diarahkan kepada upaya mewujudkan produk biji kakao yang bermutu tinggi, sehingga dapat memperoleh nilai ekonomi yang lebih baik terutama bagi petani sebagai pemasok biji kakao.
Kata kunci: pengelolaan, mutu, kakao, pendapatan, petani, teknologiKeywords
Full Text:
PDFReferences
Buku:
Ditjenbun. (2012).Pedoman umum gerakan nasional peningkatan produksi dan mutu kakao.
Kementan, Jakarta.
Ditjenbun. (2013). Pedoman teknis penanganan pasca panen tanaman kakao. Kementan, Jakarta.
Ditjenbun. (2016). Statistik perkebunan Indonesia komoditas kakao 2015-2017. Kementan, Jakarta.
Fizzanty T., Radot Manalu, Nurlaili dan Agus Santoso. (2010). Proses inovasi & mekanisme insentif di industri kreatif, studi kasus beberapa perusahaan piranti lunak. LIPI, Press, Jakarta.
Karmawati Elna, Zainal Mahmud, Syakir M., Joni Munarso, I Ketut Ardhana dan Rubiyo. (2010). Budidaya dan pasca panen Kakao. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementan, Bogor.
Marzuki, Ervan, dkk. (2012). Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Sumatera Selatan. Badan Litbang dan Inovasi Daerah Provinsi Sumatera Selatan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Natawidjaya. (2012). Penanganan pasca panen tanaman Kakao, Petunjuk teknis peralatan
penanganan pasca panen tanaman perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan Kementan, Jakarta.
Said, Gumbira, dkk. (2001). Manajemen teknologi agribisnis kunci menuju daya saing global produk agribisnis. Ghalia Indonesia (GI), Jakarta.
Siahaan, Saut, Radot Manalu dan Agus Santoso. (2014). Peningkatan kesejahteraan petani
dari perspektif rantai pasokan industri hulu perkebunan. Cet. Pertama, IPB Press, Bogor.
Siahaan Saut, Radot Manalu dan Agus Santoso. (2016). Analisis pengembangan industri
perkebunan dalam rantai pasokan di Indonesia. IPB Press, Bogor.
Jurnal:
Ali, Darwis dan Rukka, Rusli M. (2011). Peran pedagang Kakao dalam peningkatan efisiensi
pasar di Sulawesi Selatan. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, Volume 8 No. 1, Februari 2011.
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Sulawesi Selatan.
Baehaki. (2011). Strategi fundamental pengendalian hama Wereng Batang Coklat dalam pengamanan produksi Padi nasional, Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian, 4 (1), 2011: 63-75, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Bogor.
Guntoro, Suprio dan Yasa, Made Rai. (2005). Penggunanan limbah Kakao fermentasi untuk
pakan Ayam Buras Petelur. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol.
, No.2, Juli 2005. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali.
Hasan, Nusyirwan dan Roswita, Rifda. (2013). Peningkatan produktivitas dan mutu Kakao
melalui diseminasi Multi-Channel (DMC) di Nagari Parit Malintang, Kabupaten Padang
Pariaman. Jurnal Teknologi Pertanian. Vol. 8 No. 2, Universitas Mulawarman, Padang, Sumatera Barat.
Henny, Mayrowani. (2013). Kebijakan penyediaan teknologi pascapanen Kopi dan masalah
pengembangannya. Jurnal Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 31 No. 1, Juli 2013: 31 – 49, Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Kementan, Bogor.
Listiyati Dewi, Agus Wahyudi dan Abdul Muis Hasibuan (2014). Penguatan Kelembagaan untuk Peningkatan Posisi Tawar Petani dalam Sistem Pemasaran Kakao. Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar, Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar, Sukabumi.
Sabahannur, Nirwana dan Subaedah. (2016). Kajian mutu biji Kakao petani di Kabupaten Luwu Timur, Soppeng dan Bulukumba. Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol. 11 No.2, Balai Besar Industri Hasil Perkebunan, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Makassar.
Rita Hayati, Yusmanizar, Mustafril, dan Harir Fauzi. (2012). Kajian fermentasi dan suhu pengeringan pada mutu Kakao (Theobroma cacao L). Jurnal Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian, Vol. 26, No. 2, Oktober 2012, Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh.
Septiani, Erina dan Abdullah Bin Arif. (2016). Pengaruh suhu pemastaan terhadap rendemen dan kadar lemak bubuk Kakao hasil pengempaan dan Biji Kakao fermentasi dan non fermentasi. Jurnal Penelitian Pasca Panen Pertanian, Vol. 13. No. 1 Juni 2016. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Partanian. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.
Prosiding:
Puastuti Wisri. (2002). Pengolahan kotoran ternak dan kulit buah Kakao untuk mendukung
integrasi Kakao-Ternak. Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litbang dan Pengkajian Sistem Integrasi Tanaman – Ternak. Balai Penelitian Ternak, Bogor.
Sumber Digital:
Boland, Mike. (2009). What is value-added agriculture? Department of Agricultural Economics Kansas State University, Kansas Satate University, USA. Diperoleh tanggal 28
April 2018, dari http://www.agmanager.info/sites/default/files/ VALADD10%25202col.pdf.
John, Davit M., Ria Puspa Yusuf dan Dewa Ayu Sri Widari. (2013). Pengaruh cara pengolahan Kakao fermentasi dan non fermentasi terhadap kualitas, harga jual produk pada unit usaha produktif (UUP) Tanjung Sari, Kabupaten Tabanan. E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata Vol.2, No.4 Oktober 2014. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Bali. Diperoleh tanggal 9 Oktober 2015, dari https://media.neliti.com/media/publications/44956-ID-pengaruh-cara-pengolahan-kakao-fermentasi-dan-non-fermentasi-terhadap-kualitas-h.pdf.
Tempo.Co, Bisnis. (2014). Produksi Kakao nasional terus turun (Online). Diperoleh tanggal 15 Desember 2014, dari http://www.tempo.co/read/ news/2014/04/ 15/090570881/ Produksi-
Kakao-Nasional-Terus-Turun.
Laporan Penelitian:
Onditi, Ominde Gladys. (2014). Influence of value addition in bee-farming products on the
livelihood of bee-farmers in Kakamega Central Sub-Country, Kenya. A Research Project Report Submitted In Partial Fulfillment as A Requirement For The A Ward of A Master’s Degree In Project Planning and Management of The University of Nairobi.
Halaman Web:
Daryanto, Arif. (2009). Posisi daya saing pertanian Indonesia dan upaya meningkatkannya. Seminar Nasional Pembangunan Pertanian. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Bogor. Diperoleh tanggal 16 Mei 2018, dari http://ariefdaryanto. blog. mb. ipb.ac.id/ files/2010/07/MU_Arief.pdf
Purba, Frans Hero K. (2014). Kakao dalam peluang tantangan pemasaran domestik dan pemasaran global (online). Diperoleh tanggal 15 Desember 2014, dari http://heropurba.blogspot.com/2014/07/kakao-dalam-peluang-tantangan-pemasaran. html.
Sunarti, E., dan Khomsan, A. (2006). Kesejahteraan keluarga petani, mengapa sulit diwujudkan Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor: Diperoleh tanggal 9 Oktober 2015, dari https://scholar.google.co.id/scholar?q=related: PkoUf BE3U1 oJ.scholar. google. com/&hl=d&as_ sdt = 0,5.
Peraturan Pemerintah:
Badan Standardisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia (SNI) Biji Kakao Nomor 2323:2008.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 51/Permentan/OT.140/9/2012, tentang Pedoman Penanganan Pasca Panen Kakao.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Refbacks
- There are currently no refbacks.